AI dalam Kacamata Islam: Memahami Kecerdasan Buatan untuk Kemaslahatan Umat

AI dalam Kacamata Islam: Memahami Kecerdasan Buatan untuk Kemaslahatan Umat

Di tengah gelombang pesat perkembangan teknologi, istilah Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) selalu menjadi topik hangat. Lantas, bagaimana umat Islam seharusnya memandang dan menyikapi teknologi canggih ini? Apakah AI sekadar inovasi, ataukah memiliki kedudukan etis yang perlu diatur dalam kerangka nilai-nilai Islam?

Menurut Kang Herman, dalam video berjudul “Definisi AI Menurut Islam Alat Cerdas untuk Kemaslahatan Umat,” AI didefinisikan secara umum sebagai upaya untuk membuat mesin (komputer) berpikir dan bertindak seperti manusia. AI adalah alat pintar yang kita ajarkan untuk meniru kemampuan berpikir kita, seperti asisten virtual atau navigasi penentu jalan tercepat.

AI: Buah Akal Manusia, Bukan Makhluk Hidup

Dalam pandangan Islam, teknologi AI bukanlah entitas yang memiliki roh, kesadaran, atau kehendak bebas. AI adalah sebuah alat—sebuah hasil dari akal manusia yang merupakan anugerah dari Allah SWT .

Islam memandang manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, dibekali akal untuk berpikir, berkreasi, dan memakmurkan bumi, sebagaimana firman Allah dalam surat At-Tin ayat 4 [01:21]. Oleh karena itu, AI, sebagai produk akal, bisa menjadi perantara (wasilah) kebaikan atau keburukan, tergantung niat dan cara penggunaannya.

Empat Pilar Syariah untuk Pemanfaatan AI

Agar pemanfaatan AI sejalan dengan ajaran agama, Islam menekankan empat prinsip utama yang wajib dipatuhi:

  1. Kemaslahatan (Kebaikan Umum)AI harus digunakan untuk membawa manfaat dan kebaikan bagi umat manusia (kemaslahatan umat) . Contoh nyatanya adalah membantu dokter mendiagnosis penyakit lebih cepat, meningkatkan hasil panen, atau digunakan untuk sarana dakwah.
  2. KeadilanAlgoritma AI harus dirancang agar adil dan tidak bias serta tidak digunakan untuk diskriminasi, menipu, atau merugikan orang lain. Keadilan adalah pilar utama dalam Islam yang harus dijunjung tinggi dalam setiap pengambilan keputusan berbasis AI.
  3. Amanah dan Tanggung JawabPara pengembang dan pengguna AI memikul tanggung jawab besar (amanah) untuk memastikan AI tidak disalahgunakan untuk hal-hal yang haram atau merusak, seperti menyebarkan hoax atau melanggar privasi.
  4. Tidak Melampaui Batas (Tauhid) Meskipun AI mampu meniru kecerdasan, kita harus selalu ingat bahwa AI bukanlah Tuhan, pengganti Tuhan, apalagi memiliki kesadaran spiritual. Menuhankan atau mengkultuskan AI adalah perbuatan syirik yang jelas dilarang dalam Islam.

Pada intinya, AI dari sudut pandang Islam adalah teknologi cerdas yang membantu mempermudah kehidupan dan mencapai kemaslahatan, asalkan digunakan secara bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai syariah.

Umat Muslim didorong untuk menjadi pelopor ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan berpartisipasi aktif dalam pengembangan AI, umat Islam memiliki tanggung jawab untuk memastikan teknologi ini berkembang di jalan yang benar, demi membawa kebaikan bagi seluruh alam semesta (rahmatan lil alamin).

Anda dapat menyaksikan penjelasan lengkap dari Kang Herman pada video berikut:

Leave a Reply